Sabtu, 19 Oktober 2013

PENULISAN BUKU TEKS DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI

PENULISAN BUKU TEKS DAN  TANTANGAN YANG DIHADAPI

 Syamsudduha
Universitas Negeri Makassar

1.  Pendahuluan

             Berbagai persoalan menyangkut buku teks mendapat sorotan dari berbagai kalangan, khusus dari kalangan penerbit, dalam acara Publishers`s  Forum di Jakarta yang dilaksanakan pada bulan Juni 2007, para penerbit mencoba memetakan berbagai permasalahan pokok yang yang dinilai mendesak untuk ditata kembali.
             Persoalan yang dianggap penting di antaranya terkait dengan peningkatan kualitas, mahalnya harga buku pelajaran, distribusi, dan tata niaga buku teks.
             Forum tersebut merupakan kerjasama antara Yayasan Adikarya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Pusat Perbukuan Depdiknas, dan Indonesia-Australia Basic Education Program.
             Informasi tentang rendahnya kualitas buku teks yang beredar di sekolah-sekolah sekarang ini seperti yang dilontarkan oleh Kepala Subdirektorat Pengendalian Mutu Buku Pusat Perbukuan Depdiknas bahwa baru sekitar lima puluh persen buku yang mengikuti penilaian dianggap memenuhi syarat. Dari 1350 jilid buku yang dinilai, hanya 707 jilid yang dinyatakan lolos dan boleh dicetak massal, itu pun masih ada review terhadap buku yang dinilai (Kompas, 27/6/2007).
             Persoalan yang terkait dengan kualitas buku teks tersebut tidak terlepas dari sosok penulis dan aktualitas tema yang ditulis, sehingga biasanya ada penglaksifikasian; (1) tema populer dan penulis populer, (2) tema populer dan penulis tak populer, (3) tema tak populer dan penulis populer (4) tema tak populer dan penulis tak populer. Namun, adanya pengklasifikasian tersebut tidak semestinya menjadi  ganjalan bagi seorang yang akan memulai menulis.
     
2. Masalah yang Dihadapi
            Pertanyaan orang tua siswa sering muncul terutama pada awal tahun ajaran baru. Mengapa buku seorang kakak satu atau dua tahun kemudian tidak dapat diwariskan kepada  adiknya. Padahal, jenis sekolah kedua anak bersaudara itu sama. Bahkan, kadang-kadang berasal dari sekolah yang sama pula. Dengan demikian, timbul pertanyaan;
          (1) Mengapa terjadi kerancuan dalam penggunaan buku teks di        sekolah- sekolah? 
          (2) Apa  yang harus dilakukan oleh penulis buku teks?

3. Kerancuan yang Terjadi
            Beberapa temuan hasil penelitian yang dilakukan terhadap buku teks. Dalam makalah ini dikemukakan satu contoh kasus yang ditemukan dalam buku pelajaran bahasa Indonesia termasuk jenis buku siswa atau buku pelajaran untuk siswa; (1) dalam buku pelajaran (buku siswa)  terdapat bagian-bagian yang termasuk bagian jenis buku kerja. Akibatnya, buku siswa itu, hanya dapat digunakan sekali,  (2) bahan dan tugas-tugas yang ada dalam buku pelajaran yang dijadikan kasus belum mengarah kepada pengembangan aspek keterampilan berbahasa, dan (3) belum memenuhi tuntutan kurikulum (Sumardi, 2000: 196).
Terjadinya kerancuan tersebut, kemungkinan penyebabnya adalah bahwa penulis, dan apa mungkin juga penerbit belum mengetahui betul substansi dan perbedaan antara buku teks (buku siswa) dengan buku kerja, ataukah mungkin karena alasan yang lain. Dengan demikian, perlu adanya pemahaman tentang bagaimana karakteristik buku pelajaran yang merupakan payung dari buku teks,  dan perlu adanya komitmen yang kuat dari pihak penulis dan penerbit  untuk memperhatikan faktor kebutuhan anak sebagai pengguna buku teks.
Sorotan tajam terhadap kualitas buku teks  dari kalangan penerbit, juga memperlihatkan adanya kerancuan yang terjadi. Pada satu sisi penerbit telah mengetahui kualitas naskah yang masuk, namun terkadang tidak semua naskah yang masuk itu, sempat dicermati dengan baik dan kemudian diproses untuk dicetak.
Pernyataan yang lebih menarik lagi adalah adanya pendapat dari beberapa penerbit bahwa kontrol kualitas buku teks melalui penilaian oleh Pusat Perbukuan tidak terlalu efektif. Selain berbiaya besar, juga meng-gunakan waktu yang cukup lama (sekitar lima bulan untuk penilaian), dan itu pun belum menjamin kualitas buku yang diinginkan (Kompas, 27/6/2007)  
Sekarang, pertanyaan yang mungkin timbul adalah mengapa kerancuan itu terjadi? Dalam hal ini tentu arah pertanyaan itu lagi-lagi tertuju kepada siapa penulis dan siapa penerbit buku itu? Ini adalah tantangan bagi penulis maupun penerbit. Penerbit harus berani dan lebih objektif  untuk melakukan penilaian terhadap naskah-naskah  buku yang diterima dan penulis pun harus mempunyai komitmen yang kuat untuk meningkatkan kualitas tulisannya.     
           
4. Perlunya Pemahaman terhadap Karakteristik Buku Teks dan     Buku Kerja
           Cunningsworth mengemukakan bahwa rancangan buku pelajaran terdiri atas buku siswa, buku guru, dan buku kerja. Buku siswa adalah buku pelajaran yang terpenting dalam proses belajar mengajar yang terutma digunakan oleh siswa. Buku guru digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terutama yang berkaitan dengan metodologi pengajaran, sedangkan buku kerja digunakan oleh siswa  untuk mengerjakan tugas-tugas atau latihan.   
Dalam konteks buku pelajaran, buku siswa termasuk buku teks utama yang dilengkapi dengan buku kerja. Buku kerja siswa ini pengertiannya berbeda dengan pengertian awam yang pola isinya merupakan duplikasi  buku teks utama.
            Buku teks memiliki kedudukan terpenting dalam konteks buku pelajaran. Begitu pentingnya kedudukan itu, sehingga disebut buku pelajaran yang sebenarnya sebutan untuk payungnya.  Kedudukan buku teks itu menjadi sangat  penting karena buku memiliki fungsi yang strategis. Beberapa fungsi buku teks dalam kegiatan belajar mengajar,  antara lain::
a.       sumber bahan pelajaran,
b.       sumber kegiatan siswa,
c.       Sumber gagasan dan dorongan kegitan belajar mengajar
d.      Perwujudan silabus yang di dalamnya terdapat tujuan pembela-jaran yang telah digariskan,
e.       Sumber belajar dan tugas mandiri,
f.        Bantuan badi guru(baru) untuk mengembangkan kepercayaan diri
Karena adanya fungsi tersebut, maka Cunningsworth mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang pengaruhnya lebih besar  terhadap isi dan pelaksanaan proses belajar mengajar dapat menggantikan posisi buku teks dan bahan ajar lainnya yang digunakan (Sumardi, 2000: 1). Dengan  demikian, dalam pengembangan buku teks penulis harus benar-benar  memperhatikan hakikat dan karakteristik buku teks dan perbedaannya dengan buku kerja..
   1)  Konteks Buku Teks   dan Unsur-unsur Utamanya
              Unsur-unsur utama yang perlu mendapat perhatian  dari  penulis adalah::
a)    Rancangan  dan Organisasi         
      Buku pelajaran dapat dirancang tunggal, atau dirancang dalam satuan yang lebih besar bersama buku guru, buku kerja siswa, rekaman kaset dan sebagainya.  Kedua pola itu akan mempengaruhi isi pelajaran. Misalnya, jika buku itu dirancang tunggal tanpa buku guru, buku siswa harus memenuhi fungsinya sebagai penunjang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

b)   Topik dan Bahan
Topik dan bahan harus disusun secara kontekstual. Untuk memperoleh bahan yang kontekstual sebaiknya dipilih bahan-bahan yang otentik dari kehidupan nyata.
c)    Metodologi Pengajaran
Dalam kaitannya dengan buku pelajaran, metodologi berkaitan dengan  pilihan dan pengelompokan tugas-tugas kegiatan belajar.

  2)  Karakteristik Buku Kerja
         Buku kerja yang dikenal dalam masyarakat luas dengan nama  LKS, memiliki karakteristik yang berbeda dengan buku teks (Prayitno, 2007).
             Buku kerja layaknya buku teks juga harus mengacu pada pendekatan pembelajaran yang dianut  setiap pemberlakuan kurikulum. Pendekatan yang dianut dapat terformat dalam bentuk format buku sebagai berikut:
a)    Kalimat Payung
          Pada bagian ini, penulis harus berupaya untuk membangun sedikit demi sedikit pengetahuan tentang materi yang akan diberikan.
b)   Materi
                     Materi yang disajiikan pada bagian ini merupakan ringkasan dari sumber-sumber yang sesuai dengan pokok bahasan/materi pokok.
c)    Latihan tahap I
                     Soal-soal yang diberikan pada tahap ini hanya sebagai penguat daya pikir siswa dari materi yang diajarkan atau untuk menilai pemahaman siswa terhadap materi sehingga latihan atau soal-soal yang diberikan dapat berupa essay dan pilihan ganda.
d)   Latihan tahap II
                     Latihan pada tahap kedua ini, berupa latihan yang tidak terdapat pada ringkasan materi, melainkan siswa diharuskan mencari dari sumber-sumber yang lain. Proses latihan ini merupakn tahapan untuk membangun pengetahuan siswa ke hal-hal yang lebih kompleks.
5.   Glossary
             Pada bagian ini, penulis dapat menyajikan  bahan pembelajaran    siswa untuk menambah pengetahuan siswa; bisa berupa kata-kata kunci.
6.    Gambar/Model
                     Pada bagian ini, penulis menyajikan gambar-gambar yang diberikan hanya sebagai contoh kepada siswa agar kemudian dapat mencari sendiri di lingkungannya.
7.    Proyek/Praktikum/Life Skill
                     Pada bagian ini, penulis menyajikan latihan yang dapat melalui beberapa tahapan sesuai dengan tahapan-tahapn dalam proses menemukan sendiri (inquiry) sehingga bentuk kerja kelompok (learning community) dapat dipergunakan dalam proses latihan ini, atau mengerjakan sesuatu yang didahului dengan contoh(modeling).
8.    Rencana Pembelajaran
                     Diharapkan dalam buku kerja ini, dimasukkan Rencana Pembelajaran untuk guru agar dapat mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran yang diperlukan untuk memberikan tugas-tugas kepada siswa. 

5. Relevansinya Dengan Kebutuhan Peserta Dididk
             Hampir  semua sampul depan buku pelajaran yang beredar  sekarang ini diberi label ”Sesuai dengan kurikulum 2006”. Pada buku yang lain diberi label ”Berdasarkan KTSP 2006”, dan pada buku lain lagi diberi label ”Berdasarkan Kurikulum Baru 2006”.
             Dari segi informasi, label tersebut sebenarnya kurang fungsional sebab dalam masyarakat perbukuan, ada semacam konvensi bahwa buku yang berlaku adalah buku pelajaran yang mengacu kepada kurikulum yang berlaku, sehingga kalau sekarang ini berlaku kurikulum 2006, tidak ada lagi toko buku yang menjual buku pelajaran baru berdasarkan kurikulum sebelumnya.
             Adanya label tersebut menyiratkan bahwa buku pejajaran lebih menekankan pada acuan kurikulum dan kurang memberi perhatian pada acuan keilmuan yang relevan, misalnya; setiap buku teks harus memperhatikan ilmu pendidikan dan psikologi anak.
             Penulisan buku pelajaran mesti diletakkan dalam konteks pendidikan yang utuh, dan hal ini harus sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
             Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dikemukakan tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa keada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrat dan bertanggung jawab. Penyusunan buku teks pun karus mengacu  pada tujuan tersebut.
             Arah pendidikan yang sudah jelas itu, perlu didukung oleh teori-teori pembelajaran, dan penyusunan buku teks harus menyentuh teori-teori pembelajaran anak. agar proses pendidikan dapat berlangsung secara optimal.
             Dalam kaitannya dengan teori pembelajaran anak, ada beberapa teori yang sangat relevan dengan pemenuhan kebutuhan anak dalam pembelajaran. Misalnya,       Rousseu, ahli pendidikan Perancis (1772-1778), berpendapat bahwa pendidikan anak-anak harus bersifat alamiah. Anak harus diberi kebebasan untuk berkembang membuat iramanya sendiri dengan memperkecil campur tangan dari luar. Dengan demikian pemberian tugas-tugas pada buku teks diharapkan memperkecil campur tangan guru.
             Demikian juga, Pestalozzi, ahli pendidikan Swiss (1746-1827) juga berendapat bahwa  belajar secara alamiah  lebih unggul. Namun, juga menambah peluang belajar secara formal karena anak sulit sekali diharapkan belajar dengan inisiatifnya sendiri.
             Seorang ahli pendidikan Jerman (1782-1852) juga mempunyai kesamaan pendapat dengan Rousseu dan Pestalozzi yang memberi tekanan pada perkembangan anak  secara alamiah. Namun, Froebel mempunyai gagasan lain yang sangat terkenal, yaitu pentingnya bermain dalam belajar. Karena itu, diharapkan buku teks dirancang sedemikian rupa untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar sambil bermain. Sejalan dengan itu, John Dewey (1859-1952) ahli filsafat dan pendidikan Amerika Serikat yang sangat terkenal dengan ungkapannya learning by doing atau learning trought activity. Dia percaya bahwa pembelajan terpadu mampu memberikan hasil yang optimal, dan interaksi sosial mampu mendorong tumbuhnya minat dan semangat belajar untuk memperoleh ilmu dan keterampilan. Ini menyiratkan bahwa buku-buku teks harus memberikan peluang kepada anak untuk  berinteraksi baik sesama teman belajar maupun kepada gurunya. 
             Beberapa teori tersebut, memberikan rambu-rambu kepada penulis buku pelajaran agar memberikan perhatian kepada kebutuhan peserta didik,  dengan memperhatikan karakteristiknya.       

3. Penutup

          Penulisan buku teks harus digalakkan, dan dilatih terus menerus karena kegiatan menulis buku merupakan upaya perekaman ilmu pengetahuan dan tanpa adanya sarana tulis ini, akan sulit sekali penyebaran ilmu pengetahuan bisa dilakukan secara berkesinambungan.
Berbagai sorotan tajam yang dilontarkan dari berbagai pihak tentang rendahnya kualitas buku teks yang beredar, bukanlah suatu persoalan yang harus menjadi beban pemikiran bagi para penulis, melainkan suatu tantangan untuk menulis dan menulis lagi sampai lahirnya karya-karya yang lebih berkualitas.
 Seorang penulis harus mengawali dengan nawaitu yang baik,  keikhlasan untuk melakukan sesuatu demi pengembangan ilmu, tidak semata-mata memperhitungkan berapa besar royalti yang diterima setelah selesai menulis. Hal ini penting,  tetutama bagi seorang penulis pemula agar segala tantangan yang dihadapi dalam menulis tidak akan mematikan semangat dan kreativitas menulisnya. 
            Menyadari pentingnya penulisan buku pelajaran, penulis harus memahami hakikat dan karakteristik  buku pelajaran,  dan dapat melihat dengan cermat relevansi materi yang disajikan dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini penting untuk mewujudkan penulisan buku-buku pelajaran yang berkualitas pada masa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Mandik-dasmen Departemen Pendidikan Nasional.

Buku Teks Dapat Sorotan, Kalangan Penerbit  akan Petakan Berbagai Masalah Perbukuan. Harian Kompas, Jakarta: Rabu, 27 Juni 2007.
          
Lasa Hs.,  Penulisan Buku Teks Perguruan Tinggi. Makalah Workshop Strategi dan Teknik Penulisan Buku Teks Perguruan Tinggi tanggal 19 Juli 2006 di LPP UNS Surakarta
 Teknik Penulisan Buku Teks.

Prayitno. Karakteristik Buku Latihan Siswa dengan Pendekatan Konteks-tual. Materi Pelatihan Penulisan Buku dan LKS di Solo, 10 Agustus 2007.
­­­­

Prayitno. Teknik Penulisan Buku Teks. Materi Pelatihan Penulisan Buku dan LKS di Solo, 10 Agustus 2007.
­­­­

Sumardi, 2000. Panduan Penelitian, Pemilihan, Penggunaan, dan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SD sebagai Sarana Pengembangan Kepribadian, Penalaran, Kreativitas dan Keterampilan Brkomunikas Anak. Jakarta: Grameia.

Widyamartaya. 1996.  Kreatif Mengarang. Yogyakarta: Kanisius.




 
 


PENULISAN BUKU TEKS DAN TANTANGAN
YANG DIHADAPI








Makalah

Disajikan pada Seminar Nasional Penyusunan Bahan Ajar dan     Buku Teks






 Syamsudduha







PANITIA PENYELENGGARA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DAN DAERAH
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
8 September 2007


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar